*MENGURAI PERASAAN "SENDIRI DAN DITINGGALKAN
KAJIAN SUBUH QERM
Selasa, 2 September 2025
*MENGURAI PERASAAN "SENDIRI DAN DITINGGALKAN"*
(Cermin diri ke 16, buku Lalat dan Sampah)
*By : USTADZ NADHIF KHALYANI*
*_Review by: Bunda Evyta Ummu Hafidz_*
@ Jiwa Nabi Ya'qub mengalami kesedihan yang luar biasa karena kehilangan Nabi Yusuf dan juga kemarahan yang luar biasa terhadap putra-putranya yang menyebabkan Nabi Ya'qub kehilangan Nabi Yusuf.
@ Seperti halnya yang terjadi pada Nabi Ya'qub, orang yang mengalami sedih yang luar biasa dan kemarahan bisa menyebabkan psikisnya terganggu yang pada akhirnya bisa mempengaruhi fisiknya sehingga ia menjadi sakit.
@ orang yang mengalami sakit pada badannya bisa diakibatkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan yang tampak di depan matanya yang mempengaruhi fisiknya.
@ Kesedihan dan kemarahan yang diakibatkan oleh orang-orang terdekat terutama oleh keluarga sendiri akan lebih menyakitkan dan sering mempengaruhi jiwa yang pada akhirnya mengakibatkan seseorang yang marah dan sedih itu sakit.
@ lazimnya orang yang mengalami kesedihan dan kemarahan seperti Nabi Yakub memerlukan orang di sekitarnya untuk mendamaikan hatinya dan membantu menyembuhkan sakitnya.
@ yang menjadi problem adalah bila kita mengalami kesedihan dan kekecewaan yang menyebabkan kita sakit, namun orang-orang di sekitar kita tidak bisa membantu sehingga kita merasa sendirian.
@ Bila kita mengalami ujian dari orang terdekat maka kita menghadapi dua problem:
1. Merasa sakit hati
2. Merasa sendiri
@Perasaan sendiri adalah seperti dua mata pisau yang saling bergantian
@ Bila kita merasa sendiri dalam menghadapi ujian maka akan ada dua peluang yang kita alami yaitu:
1. Perasaan putus asa, merasa buntu dalam menyelesaikan masalah, tidak punya harapan, jiwa terombang-ambing
2. Merasa sendiri namun kemudian kesendirian itu menjadi titik awal kita untuk kembali kepada Allah, karena kita merasa tidak butuh kepada makhluk kecuali butuh kepada Allah sehingga muncul ketawakalan. Kalau semua pintu kepada makhluk itu sudah ditutup maka sebenarnya ada pintu yang telah dibuka untuk diri kita yaitu pintu kepada Allah. Hal ini selaras dengan Surat At Tahrim ayat 11 (tentang Asiyah, istri Fir'aun dan pembantunya) yang berbunyi: Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
@ Pembantu Fir'aun saat ketahuan beriman kepada Allah, maka Fir'aun membunuhnya dan juga anak-anaknya, yang kemudian justru mempengaruhi Asiyah istri Fir'aun menjadi beriman juga kepada Allah sehingga Asiyah disiksa dan diberi pilihan apakah ia mengimani Fir'aun atau mengimani Allah.
@ Ibnu Katsir mengatakan bahwa Asiyah memilih tetangga sebelum memilih rumah (Di sisi Allahlah yang ia tuju)
@ Sebelum Asiyah wafat, Allah menurunkan Malaikat Jibril kepadanya yang menunjukkan bahwa Asiyah akan memperoleh surga di sisi Allah dalam keadaan Allah melimpahkan ridho padanya.
Meski disiksa Asiyah tetap tersenyum, karena Asiyah melihat surga yang Allah janjikan.
@ Ibroh dari kisah Asiyah:
Kalau kita mengalami ujian yang berat , pastikan bahwa kita mempunyai sesuatu yang besar yang tersimpan dalam jiwa kita. Carilah yang tersimpan dan tersembunyi itu, yang akan membuat kita tersenyum, meski orang lain tidak tahu dan tidak bisa melihat. Kita harus bisa merasa bahagia dengan cara kita sendiri meski orang lain tidak bisa mengetahuinya.
@ Kita harus memiliki sesuatu dalam jiwa kita yang menjadi ukuran bahwa kita bahagia, sehingga apapun yang terjadi dengan diri kita tidak akan mempengaruhi jiwa kita.
@ Kita harus berusaha seolah kita memiliki lampu meski dalam keadaan gelap dan kita harus menyadari apa yang menjadi sumber kebahagiaan kita. Seperti yang Rasulullah katakan kepada Bilal bahwa sumber kebahagiaannya adalah salat. Sedang Asiyah mengatakan dan merasakan bahwa sumber kebahagiaannya adalah berada di sisi Allah, sehingga dia merasakan kebahagiaan meskipun dia dalam keadaan disiksa sekalipun
@ Pelan-pelan berusahalah menemukan cara untuk merasa bahagia di tengah ujian, meskipun cara itu tidak dipahami oleh orang lain sekalipun.
@ Cara mencari kebahagiaan yang hakiki adalah berada di sisi Allah dan menikmati kebersamaan dengan Allah.
@ Bolehlah batin kita merasa tidak nyaman dengan lingkungan kita namun ketika kita berada di sisi Allah dan beribadah kepada Allah Nikmatilah dan berusahalah bahagia dengan keadaan itu.
@ Allah mengangkat derajat kita dengan dua sebab yaitu dengan adanya:
1. Iman.
Orang yang beriman selalu memiliki harapan dan tidak pernah merasa sendirian, karena selalu merasa ditemani oleh Allah.
Seperti halnya Ketika Nabi Musa dikejar oleh Firaun. Beliau tidak merasa sendiri karena beliau merasa ada Allah di sisinya. Seperti yang dinyatakan dalam Surat As Suara ayat 62.
قَالَ كَلَّاۗ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ ٦٢
*Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.”*
2. Ilmu
Kita harus terus belajar karena dengan belajar kita akan jadi lebih mudah mencari jalan keluar.
Ilmu membuat apa yang kita hadapi meski berat terasa ringan. Seperti yang tertulis dalam Surat Al Mujadilah ayat 11
yang artinya, *"Dan apabila dikatakan, 'Berdirilah kamu,' maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan"*
@ Kisah turunnya Surat Ad Dhuha kepada Rasulullah merupakan turunan Kisah bunda Asiyah:
Suatu saat Rasulullah tidak menerima wahyu selama beberapa saat dari malaikat Jibril sehingga beliau merasa gelisah. Saat beliau gelisah tersebut, datanglah wanita dari kaum kafir yang mengolok-olok Rasulullah dan mengatakan bahwa wahyu tidak turun lagi karena Allah membenci Rasulullah. Seketika itu turunlah surat ad-dhuha ayat 3, di mana Allah bersumpah untuk menegaskan bahwa Allah tidak meninggalkan Rasulullah.
Surat Ad Dhuha ayat 3 berbunyi *"مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰى"* yang artinya *"Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu.*
@ Allah juga menurunkan Surat Ad Dhuha 4 dan ayat 5 untuk menghibur Rasulullah:
*وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ ٤*
*Ayat 4 : Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).*
*وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥*
*Ayat 5 : Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.*
@ Renungan : Bahwa kita punya Allah yang tidak pernah meninggalkan kita dan tidak pernah membenci kita.
Bila kita mengalami ujian, kita sering merasa sendiri, putus asa dan merasa ditinggalkan. Cara membuang perasaan ini adalah dengan *memunculkan konsep dalam diri bahwa Allah tidak akan pernah membenci dan tidak akan pernah meninggalkan kita*
@ renungkan dan tabayuni apa yang membuat kita bisa menjadi gembira.
@ *Bila kita merasa sendirian maka:*
1. Kita harus menghadirkan konsep bahwa sesungguhnya kita tidak pernah sendirian karena ada Allah yang menemani.
2. Hadirkan konsep berikutnya dengan melompat ke negeri akhirat dan yakinlah bahwa negeri akhirat akan lebih indah daripada negeri dunia yang sekarang kita hadapi.
3.Menolehlah lagi ke belakang untuk merenungi nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. *Maknanya:* Bila kita mengalami ujian yang tidak terselesaikan di dunia, maka gantungkanlah harapan kita pada negeri akhirat.
Bila kita merasa masih merasa belum bisa menghadirkan konsep menggantungkan harapan pada negeri akhirat, maka hadirkanlah konsep untuk menoleh ke belakang merenungi nikmat Allah yang sudah diberikan kepada kita.
@ Bila kita mendapatkan ujian yang terasa berat, maka langkah yang harus kita lakukan adalah:
1. Hadirkan konsep bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita dan jangan merasa sendirian karena Allah selalu menemani
2. Hadirkan konsep untuk melompat ke negeri akhirat karena di sana ada harapan yang pasti terpenuhi. Bila konsep ini terasa berat, maka hadirkan konsep ke 3.
3. Konsep 3: Menolehlah ke belakang dan lihat semua nikmat yang sudah kita lalui dan kita nikmati.
@ Yakinlah bahwa nikmat Allah tidak akan pernah berhenti sehingga kita tetap bisa tersenyum seperti Bunda Asiyah yang tetap tersenyum saat menghadapi hal yang berat dan saat menghadapi situasi apapun.
Surabaya, 2 September 2025

Komentar
Posting Komentar