MENTERAPI SIFAT MARAH
#RuangBerbagi
*MENTERAPI SIFAT MARAH*
By M. Nadhif Khalyani
Bismillah wa shalaatu wa salaamu 'alaa Rasulillaah.
Suatu saat Syaikh Shalih Al Munajjid ditanya oleh seseorang, tentang sifat marah yang tak kunjung reda.
Syaikh lalu memberikan arahan, bahwa diantara cara mencegah kemarahan bisa dilakukan dengan mengingat efek buruk dari kemarahan tersebut.
Lalu beliau menceritakan kisah...
Ada seorang anak yang tempramen, mudah marah, maka bapaknya memberinya satu kantong paku, dan berkata: “Wahai anakku, ayah ingin kamu menancapkan paku pada dinding kayu di kebun kami. Setiap kali kemarahanmu mulai memuncak dan kehilangan kesabaranmu, maka tancapkan paku itu di dinding.
Maka demikianlah, anak tadi melaksanakan nasehat ayahnya.
Pada hari pertama ia menancapkan 37 paku, namun menancapkan paku pada dinding bukan perkara yang mudah baginya.
Maka ia mulai berusaha mengendalikan kemarahannya, dan pada beberapa hari setelahnya ia mulai menancapkan paku lebih sedikit, dan setelah beberapa minggu, ia mulai mampu mengendalikan dirinya dan berhenti marah dan menancapkan paku.
Pada saat ayahnya datang ia memberitahu bahwa dirinya sudah menyelesaikan tugasnya, maka ayahnya bahagia dengan perubahan ini, dan berkata:
“Akan tetapi sekarang –wahai anakku- kamu harus mencabut paku-paku tersebut, tp nanti saat kamu mulai tidak marah lagi”.
Maka sang anak mulai mencabuti paku-paku tersebut pada hari dimana ia sudah tidak marah lagi, sampai paku-paku yang menempel di dinding tersebut habis.
Sang anak akhirnya mendatangi ayahnya dan mengabarkan bahwa tugasnya selesai, maka ayahnya membawanya ke hadapan dinding tadi dan berkata:
“Bagus sekali nak, _namun lihatlah pada lubang-lubang yang ada pada dinding tersebut, dinding ini tidak akan bisa kembali seperti semula,_
dan ia menambahkan:
_Ketika kamu mengatakan sesuatu pada saat marah, maka ia akan meninggalkan bekas seperti lubang-lubang dinding tadi pada jiwa orang lain”._ Tidak akan bermanfaat pernyataanmu: _“Maafkan saya ya”; karena lukanya telah menempel di sana."_
(Syaikh Shalih Al Munajjid, di web beliau, Al Islam Su-al wa Jawab)
Komentar
Posting Komentar