Menukar Takdir



 *"MENUKAR" TAKDIR*


By M. Nadhif Khalyani


_"Seandainya aku punya keluarga seperti dia, mungkin hidupku tidak seberat ini."_


_"Seandainya aku jadi dia, mungkin aku bisa lebih baik darinya"_


_"Seandainya aku tidak mengalami hal buruk ini, tentu hidupku sekarang jauh lebih baik."_


Sibuk dengan berandai-andai...itulah lintasan batin yang kadang muncul dalam pikiran. Seandainya "takdir bisa" ditukar, kita meyangka kehidupan kita akan lebih baik.


Begitulah..hikmah dilarangnya berandai-andai, bukan saja karena menjadi pintu syaitan, tetapi juga menandakan tertutupnya hati dari melihat rahmatNYA yang agung.


Dengan cara berpikir, mari kita renungkan riwayat yang ada di Tafsir Ibnu Katsir ini.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang mengatakan,


 "Pada suatu hari kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnul Aswad. Kemudian lewatlah seorang lelaki yang mengatakan kepadanya,


 _'Beruntunglah kedua matanya yang telah melihat Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, *Seandainya saja kami dapat melihat seperti apa yang telah dilihat matanya dan menyaksikan apa yang telah disaksikannya.'*_


Maka Al-Miqdad marah sehingga membuat diriku terheran-heran, sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang baik-baik. 


Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki itu seraya berkata,


'Apakah gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal yang dighaibkan oleh Allah darinya? 


Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan dia menyaksikan masa itu (masa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam), apa yang bakal dilakukannya. 


Demi Allah, sesungguhnya banyak kaum yang semasa dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, tetapi Allah menyeret mereka ke dalam neraka Jahanam karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya.


Apakah kalian tidak memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya Tuhan kalian seraya percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi kalian; sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian.


Allah mengutus Nabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. 


Orang-orang di masa itu tidak melihat adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan menyembah berhala. 


Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur'an yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan (hak) antara orang tua dan anak. 


Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya untuk beriman pasti akan yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya yang masih kafir, bahwa jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak akan senang hatinya bila mengetahui bahwa orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam neraka." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)


Sanad asar ini sahih, tetapi para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Al Furqan 74)


Lelaki menyangka dia akan lebih baik jika hidup di masa Nabi, namun ia tidak menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia benar-benar hidup di masa itu.


Ia melupakan, bahwa hidupnya di masa yang sekarang justru adalah rahmat Alloh.


Kawan...


Maka bersyukur atas apa yang ada dan terjadi saat ini, adalah jauh lebih baik, dibandingkan berangan-angan "menukar takdir"


Karena apa yang terjadi saat ini adalah rahmat.


Baarakallohu fiikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

113 ciri gangguan jin Muslimah harus tau, Ciri ciri gangguan jin dan kejiwaan

TANDA-TANDA RUMAH KITA ADA JIN

membenahi" situasi dan keadaan anak :