Bisa melihat jin

 *Bisa Melihat Jin, karena Gangguan????*

_“Terkadang Keluhan Perlu Ditakwil”_

By. M Nadhif Khalyani

_Tulisan ini adalah kelanjutan dari artikel *Anak Kecil Dan Genderuwo*._

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan teman dalam sebuah acara.

Saya sedikit menceritakan kisah tentang Anak kecil dan Genderuwo, untuk mendudukan cara pandang peserta tentang fenomena ghaib dengan cara pandang yang ringan.

Tujuannya sederhana, agar tema ghaib dipahami dengan adil.

Ada satu “teori” yang bisa memperkaya pemahaman, yakni “hal ghaib” yang dilihat oleh seseorang belum tentu benar benar karena gangguan jin, tetapi kadang adlh fenomena psikis.

Setelah sesi ceramah tersebut, beliau menemui saya dan mengatakan, “ saya menemukan jawaban atas apa yang terjadi pada istri saya dari ceramah ust.

“Gimana ceritanya?” Tanya saya.

Teman ini menceritakan tentang keluhan yang dialami istrinya. Istrinya sering “bisa melihat” apa yang tidak dilihat orang lain. 

Kadang saat perjalanan keluar kota, ia melihat sosok sosok “ghaib” di jalan.

Sang suami berusaha menterapi dg ruqyah syar’iyyah. 

Namun tidak ada perkembangan, dan juga tidak ada reaksi sedikitpun. “pengelihatan” sang istri belum “normal”.

“Latat belakang, perjalanan hidup beliau selama ini gmn?” tanya saya.

“Nah, itulah. Dari ceramah tadi saya menemukan jawabnnya”. Kata beliau.

“saya sudah menterapinya, tetapi tidak ada perubahan. Namun saat sosok pengganti yang selama ini hilang dalam hidupnya hadir, tiba tiba “pengelihatannya" normal."

"Jadi permasalahannya ternyata adalah psikis. Istri saya berasal dari keluarga broken home. Kedua orang tuanya berpisah saat istri SMA. Jadi, kondisi itu ternyata (dari isi ceramah tadi) yang menyebabkan pengelihatan istri saya normal saat “sosok pengganti” hadir dalam hidupnya.” beliau menjelaskan kronologi perjalanan hidup istrinya.

Alhamdulillah.....

Cara pandang terhadap kejadian kejadian aneh terkadang perlu “diterjemahkan” dengan sudut pandang emosi dan psikis. Tidak selalu menggunakan sudut pandang gangguan jin.

Karena, terkadang apa yang kita, yang kita lihat, ada sebagian cara bersikap adalah cerminan kondisi batin (psikis) yang perlu diselesaikan.

Wallohua’lam

Baarakallohu fiikum