Membaca Al-Qur'an
Hati yang Bersih Tidak Kenyang dengan Al-Qur'an
'Utsman Bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata,
لو طهرت قلوبكم ما شبعت من كلام الله
"Seandainya hati kalian bersih, pastilah (hati tersebut) tidak kenyang dengan firman Allah (Al-Qur'an)."
Yakni, kecintaan kita terhadap Al-Qur'an menjadi ukuran bersih dan tidaknya hati, jika hati kita bersih niscaya hati tersebut tidak kenyang dengan Al-Qur'an, hati akan senantiasa kelaparan meski telah disirami dengan Al-Qur'an, hati akan senantiasa meminta-minta bahkan merengek-rengek kepada pemiliknya untuk membaca Al-Qur'an. Wallahu A’lam Bish Shawab.
Semakin hati kotor semakin kecil pula keinginannya terhadap kebaikan-kebaikan, hingga ketika hati itu telah hitam kelam, bukan tidak tertarik lagi terhadap kebaikan, bahkan sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang baik baginya.
Keadaan hati yang seperti ini tentu tidak diinginkan seorang pun dari kaum muslimin, terlebih lagi jika hati dari ‘buah hatinya’ demikian keadaannya.
Maka dari itu sangat mengherankan sebuah teori yang mengatakan bahwa diantara terapi kandungan adalah dengan mendengarkan alunan music klasik. Yakni, seorang ibu yang sedang mengandung sangat dianjurkan mendengarkan alunan music klasik, menurut teori ini.
Tidak diragukan lagi akan kesalahan teori ini, bagaimana mungkin alunan music yang para salaf mengatakan bisa menumbuhkan kemunafikan di dalam hati menjadi obat dan terapi?
Maka kembalilah kepada Al-Qur’an wahai kaum muslimin, dan sayangilah buah hati kalian dengan menumbuhkan kecintaan di hati mereka terhadap Al-Qur’an.
Karena memang kewajiban orang tua bukan hanya mencari nafkah untuk mereka, akan tetapi lebih dari itu, sebagaimana telah kami cuplikkan nasehat dari syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah pada tulisan-tulisan sebelumnya tentang hak anak.
'Utsman Bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata,
لو طهرت قلوبكم ما شبعت من كلام الله
"Seandainya hati kalian bersih, pastilah (hati tersebut) tidak kenyang dengan firman Allah (Al-Qur'an)."
Yakni, kecintaan kita terhadap Al-Qur'an menjadi ukuran bersih dan tidaknya hati, jika hati kita bersih niscaya hati tersebut tidak kenyang dengan Al-Qur'an, hati akan senantiasa kelaparan meski telah disirami dengan Al-Qur'an, hati akan senantiasa meminta-minta bahkan merengek-rengek kepada pemiliknya untuk membaca Al-Qur'an. Wallahu A’lam Bish Shawab.
Semakin hati kotor semakin kecil pula keinginannya terhadap kebaikan-kebaikan, hingga ketika hati itu telah hitam kelam, bukan tidak tertarik lagi terhadap kebaikan, bahkan sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang baik baginya.
Keadaan hati yang seperti ini tentu tidak diinginkan seorang pun dari kaum muslimin, terlebih lagi jika hati dari ‘buah hatinya’ demikian keadaannya.
Maka dari itu sangat mengherankan sebuah teori yang mengatakan bahwa diantara terapi kandungan adalah dengan mendengarkan alunan music klasik. Yakni, seorang ibu yang sedang mengandung sangat dianjurkan mendengarkan alunan music klasik, menurut teori ini.
Tidak diragukan lagi akan kesalahan teori ini, bagaimana mungkin alunan music yang para salaf mengatakan bisa menumbuhkan kemunafikan di dalam hati menjadi obat dan terapi?
Maka kembalilah kepada Al-Qur’an wahai kaum muslimin, dan sayangilah buah hati kalian dengan menumbuhkan kecintaan di hati mereka terhadap Al-Qur’an.
Karena memang kewajiban orang tua bukan hanya mencari nafkah untuk mereka, akan tetapi lebih dari itu, sebagaimana telah kami cuplikkan nasehat dari syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah pada tulisan-tulisan sebelumnya tentang hak anak.
Komentar
Posting Komentar