Hidayah


*Mengapa Semua Orang Butuh Hidayah, Termasuk Yang Alim Sekalipun*
Sebelum kita bahas lebih jauh, apa sih yang dimaksud dengan hidayah. Karena tidak sedikit orang yang belum bisa membedakan antara hidayah dan keberkahan.
Secara bahasa, hidayah artinya petunjuk. Sifatnya sendiri adalah abstrak /maknawi / tidak terlihat.
Sedangkan secara istilah, definisi hidayah oleh para ulama’ adalah petunjuk yang menjadikan kita mendapatkan kenikmatan di dalam ibadah dan diridhoi oleh Allah. Makanya ciri dari perjalanan orang yang mendapatkan hidayah itu adalah yang pertama kali merasakan adalah hatinya yang terasa nikmat dan senang saat menjalankan kehidupan sehari-hari.
Dalam salah satu risalahnya Imam Ibnu Qayyim pernah menjelaskan bahwa sesungguhnya hidayah itu kedudukannya sama seperti air. Mengapa? karena pada dasarnya tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak membutuhkan hidayah termasuk para alim / ulama sekalipun.
*5 Alasan Kenapa Orang Butuh Hidayah*
Kemudian Imam Ibnu Qayyim membagi orang-orang menjadi 5 golongan dan menjadi alasan mengapa kita semua membutuhkan hidayah
*1* *Karena kita Jahil / bodoh*
Pada dasarnya hampir semua dari kita ini adalah orang bodoh yang sedikit sekali pengetahuannya tentang ilmu dunia dan ilmu akhirat. Kita butuh hidayah untuk menerangi jalan hidup dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Khalil bin Ahmad membagi orang bodoh menjadi dua,
orang bodoh yang merasa dirinya bodoh
orang bodoh yang merasa dirinya pintar
orang yang pertama tentu akan lebih baik dalam ‘merespon’ hidayah, namun yang jadi musibah disini adalah orang yang kedua. Setiap disampaikan padanya setiap nasihat dan tulisan walaupun dengan tulisan dan tutur kata yang lembut dan menyentuh hati, dia akan menolak. Mengapa? karena dia merasa bahwa dirinya pintar.
Namun tidak sedikit orang terjebak karena kebodohannya sampai meninggal dunia. Meremehkan ilmu, karena merasa pintar.
Maka beruntunglah bagi kita yang merasa bodoh
Sampai Imam Syafi’i berkata justru orang yang merasa bodohlah, justru dia itu akan benar dalam proses ilmunya.
*2* *sudah berilmu tapi belum sempurna*
Dan perjalanan mancari ilmu adalah perjalanan yang tidak akan pernah berakhir. Semakin berilmu maka kita akan semakin paham bahwasannya ilmu yang kita miliki saat ini belum ada apa-apanya. Ada banyak sekali ilmu diluar sana yang belum kita pelajari.
Contoh :
kita tahu bahwasannya dosa riba yang paling ringan adalah seperti dosa orang yang berzina dengan ibunya sendiri, tapi apakah kamu tahu dosa yang paling berat dari riba? yaitu dosa seseorang yang merendahkan mertabat seorang muslim.
berapa banyak orang yang melakukan shalat, sedekah, haji namun juga banyak melakukan hal-hal yang tidak dicontohkan oleh Rasul dalam hal agama (bid’ah)
Ciri utama dari orang-orang seperti ini adalah gampang mevonis dan gampang menyalahkan orang. Lisannya lebih tajam daripada ilmu yang dia miliki.
*3* *sudah berlimu tapi belum mengamalkan*
Mengamalkan ilmu itu sudah terbukti jauh lebih sulit daripada saat kita mencari dan mempelajari ilmu itu sendiri.
Kalau kita bertanya kepada diri sendiri, dari sekian banyak ilmu agama yang kita pelajari, berapa persen sih yang sudah diamalkan?
kita perlu minta hidayah kepada Allah agar kita dimudahkan untuk minimal mengamalkan ilmu yang kita miliki dan tidak menjadi sekedar penimbun ilmu.
Kita perlu minta hidayah kepada Allah agar dimudahkan saat kita ingin mengamalkannya. Perhatikan perkataan Syekh Abdurrahman As-Sa’di berikut
tidaklah kita bisa mampu beribadah bukan karena kehebatan kita, tapi sesungguhnya kita mampu beramal dan beribadah disebabkan karena kita diberikan pertolongan oleh Allah.
*4* *meyakini bahwa ilmu itu benar namun ternyata salah*
Ada cerita menarik dari pengalaman Imam Ibnu Hanifah. Pada suatu kesempatan beliau mendapati seorang pemuda sedang mencuri buah dari sebuah kebun yang bukan miliknya. Diam-diam beliau mengikutinya dari belakang karena ingin mengingatkan akan perbuatan buruknya tersebut.
Betapa terkejutnya, ternyata buah-buah tersebut tidak dimakan, namun diberikan kepada orang-orang miskin yang hidup dijalanan.
Kemudian akhirnya Imam Ibnu Hanifah bertanya kepada pemuda tersebut, “Mengapa kau mencuri dan membagiakannya pada orang miskin?”
pemuda tersebut menjawab, “Aku mencuri karena Allah…”
kemudian dia menambahkan, “Saat saya mencuri maka saya mendapatkan satu dosa. Dan ingat! dosa itu tidak dilipatgandakan. Tapi ketika saya bersedekah dengan memberikan buah-buah ini kepada fakir miskin, maka saya mendapatkan pahala sedekah. dan ingat… sedekah itu mendapatkan pahala sepuluh kali lipat. Berarti sepuluh diikurangi satu, maka saya masih mendapatkan pahala sembilan”.
Kemudian Imam Ibnu Hanifah menukil sebuah hadis yang tidak mampu pemuda tersebut jawab bahwasannya “Allah itu toyib (baik) dan Allah tidak pernah menerima kecuali yang baik”. Jadi ketika kami mencuri tidak akan diterima saat kamu sedekah, mengapa? karena datang dari sesuatu yang buruk.
Nah, tipe-tipe orang seperti ini sangat banyak dijaman sekarang.
berapa banyak dari pejabat itu korupsi, kemudian mensedekahkan sebagian dengan dalil sedekah mampu menghapus harta haram.
berapa banyak penyanyi yang mempertontonkan auratnya kemudian mensedekahkan bayarannya sehingga mampu menutupi dosa-dosanya
berapa banyak dari kita yang setiap hari mencari nafkah di internet, menggunakan komputer/laptop namun menggunakan software-software bajakan dengan dalih bahwasannya software itu mahal dan nanti jika sudah punya uang dari hasil kerjanya akan segera membeli yang original.
Pemahaman buta seperti ini sering terjadi pada orang-orang yang mengerjakan bid’ah. Biasanya orang-orang seperti ini adalah yang paling sulit untuk diluruskan kembali, karena selama bertahun-tahun mereka sudah melakukan sesuatu yang mereka yakini benar dengan dalih pemahaman tersebut datang dari ‘ustad’-nya
Perhatikan ini,
Kema’suman (terpelihara dari dosa) itu telah wafat dengan wafatnya Rasulullah SAW. Tidaklah sempurna pemahaman kita jika kita taqlid buta kepada fulan.
Sampai-sampai Umar Bin Khatab pernah berkata bahwa, hargailah setiap ilmu yang kita dapatkan dari siapapun walaupun terkadang ilmu itu datang dari anak kecil belum pernah kita kenal sebelumnya.
Jadi mengapa orang butuh hidayah? Supaya Allah membantu kita untuk meluruskan kembali pemahaman kita yang salah
*5*, *tidak ada jaminan bahwa kita mati dalam keadaan beriman*
Mendapatkan istiqomah sampai kita menutup mata bukan hal yang mudah.
Perhatikan hadits ini,
“Maka demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Bad’ul Khalq)
Hadits ini mengajarkan kita 2 hal,
kita memintah hidayah hingga akhir hayat karena tidak menjamin bahwasannya saat kita sudah melakukan kebaikan seumur hidup, maka kita akan mati dalam keadaan khusnul khatimah
kita sama sekali tidak berhak menghina atau merendahkan orang yang lain, karena mungkin saja Allah memberikan hidayah sehingga di akhir hayatnya dia melakukan amalan-amalan penghuni surga yang menyelamatkannya dari jilatan api neraka
Inilah 5 alasan kenapa kita semua ini butuh hidayah, tidak peduli yang sudah beriman atau belum sama sekali. Untuk itu jangan lupa sematkan do’a meminta hidayah setiap selesai sholat agar kita benar-benar selamat kelak sampai ke alam akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

113 ciri gangguan jin Muslimah harus tau, Ciri ciri gangguan jin dan kejiwaan

TANDA-TANDA RUMAH KITA ADA JIN

membenahi" situasi dan keadaan anak :