Saat Ananda Menghadapi Bully
*Saat Ananda Menghadapi Bully*
_By. M Nadhif Khalyani_
Ayah dan bunda..
Pada tulisan kali ini, saya ingin mengajak ayah dan bunda berbincang ttg kisah bullying yang pernah terjadi dalam salah satu sejarah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Kita ingin diri bercermin dari Al Qur’an untuk menemukan petunjuk, ibrah atau jalan keluar atas masalah kita.
Imam Qurthubi menggambarkan situasi yang dialami Nabi Yusuf kecil, dalam kitab tafsirnya.
Waktu itu…..
Melihat bapaknya telah pulang dan hilang dari pandangan seketika itu juga saudara Yusuf yang sedang membawa Yusuf langsung melemparkannya ke tanah hingga hampir menimbulkan patah tulang.
Yusuf lalu menoleh ke arah saudaranya yang lain (mengharap bantuan). Namun dia
melihat raut muka kebencian dari semua saudaranya.
Dia memohon pertolongan pada Rubail, "Engkau adalah saudara
sulungku dan pemimpin bagiku setelah bapakku, Engkau juga saudara paling dekat denganku, "Kasihanilah aku, kasihanlah kelemahanku"
Namun Rubail justu malah menamparnya dengan keras.
Lalu berkata "Engkau sama sekali tidak dekat denganku. Mintalah bantuan kepada sebelas
bintang agar dia menyelamatkanmu dari kami."
Dari sini, Yusuf baru menyadari, bahwa kedengkian mereka disebabkan oleh mimpinya tersebut.
Yusuf kemudian memeluk Yahudza penuh harap, lalu berujar, "Wahai Saudaraku kasihanilah kelemahanku, ketidakmampuanku,
dan umurku yang masih belia. Sayangilah hati ayahmu, Ya'qub.
Betapa cepatnya kalian melupakan wasiatnya dan mengingkari sumpah kalian."
Hati Yahudza bergetar, lalu ia menjawab, "Demi Allah, selamanya mereka tidak akan tahan selama kamu masih hidup."
Dituturkan oleh As-Suddi dan yang lain" bahwa ketika saudara-saudara
Yusuf menceburkannya ke dalam sumur, dia berpegangan pada bibir sumur.
Maka mereka pun mengikat tangan Yusuf dan melepaskan bajunya.
Yusuf kemudian berkata "Wahai saudaraku kembalikanlah bajuku agar aku dapat menutupi tubuhku di dalam sumur ini. Jika aku mati, pakaian itu akan menjadi kafanku. Jika aku hidup aku tutupi auratku dengannya.”
Mendengar itu mereka
menjawab, "Mintalah kepada matahari, bulan dan sebelas bintang supaya mereka menolong dan memberikan pakaian untukmu.”
Saat di dasar sumur, Yusuf berdiri di atas batu sambil menangis.
Saudara-saudaranya kemudian memanggilnya.
Yusuf mengira bahwa itu adalah perasaan kasih sayang yang tiba-tiba muncul dari hati mereka, maka dia pun menjawab panggilan mereka.
Mendengar jawaban itu saudara-saudaranya hendak melemparinya dengan batu besar. Tapi, Yahudza mencegah mereka, Bahkan Yahudza memberikan makanan kepada Yusuf. (Tafsir Qurthubi Surah Yusuf 15)
Diujung tafsir ayat ini, Ibnu Katsir, dalam kitab tafsirnya, menjelaskan
{وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِأَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
Dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tiada ingat lagi.” (Yusuf: 15)
yakni, Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang kasih sayang, rahmat, dan pertolongan--Nya kepada Yusuf; serta menurunkan kemudahan kepadanya di saat kesulitan. (Tafsir Ibnu Katsir Surah Yusuf 15)
Setelah membaca kisah diatas, apa yang terpikirkan oleh kita ?
Kisah dramatis ini sangat pilu untuk disimak. Andai saja hal itu terjadi pada kita, maka kisah ini menjadi kisah traumatik, yang sangat sulit dilupakan. Bahkan mungkin sebagian besar perjalanan hidup kita akan dibayangi dengan trauma menyakitkan ini.
Namun tidak bagi Nabi Yusuf. Meski usia beliau sangat belia, saat peristiwa itu terjadi.
Tidak ada cerita tentang trauma setelahnya pada diri beliau...
Tidak ada pula kisah sifat berubah menjadi negatif.
Tidak ada pula dendam dan membalas...
Beliau tetap tumbuh dalam fitrah dirinya.
Meskipun pasca terbebas dari sumur itu, beliau menjalani hidupnya “sendirian”, tanpa orang tua, hingga masa takdir beliau menjadi penguasa.
Sebagai orang tua, kita pasti bertanya, bagaimana bisa?
Gimana cara beliau melewati masa traumatik itu?
Mari kita diskusikan bersama …………..
Baarakallohu fiikum
Komentar
Posting Komentar